Selasa, 16 Juli 2013

"Traveling Alone"

Ketidaktenangan jiwa ku, yang membawa kaki melangkah menyusuri jalan di pagi buta yang dingin membuat hati semakin membeku. Setapak demi tapak terlewati seakan mata kaki mencari kearah mana ketenangan yang didambakan itu. Kaki melangkah begitu saja tanpa ada menej kemana tujuan pasti. Dengan hati yang dingin membeku, jiwa yang meronta dan kehausan, kaki tergontai melangkah. Lemah, sangat lemah dan lemah.

Ditengah havana yang menitikkan peluh, mata tertuju pada sebuah pemandangan yang sungguh indah, menakjubkan. Dari radius 100 meter dapat dirasakan betapa sejuknya, betapa tenang menghirup aroma itu. Tanpa tersadar kaki melangkah penuh harap menujunya, peluh mulai mengering seiring mendekati tempat itu. Subhanallah damainya berada disini, begitu bersahaja. Inilah ketenangan yang selalu didamba, tiada tandingannya ketenangannya.

Ditengah kekeringan jiwa yang sedang melanda, ditengah kebingungan yang menerpa, ditengah pencarian sebuah jawaban dari pertanyaan yang tak pernah terjawab. Di tempat itu aku menemukan satu  sinergi yang begitu sejuk mengaliri laju darah, mengisi setiap sisi dalam diriku, membasuh kekeringan jiwa, menenangkan jiwa yang meronta.

Tanpa terasa buliran bening dari kedua sudut sayu mengalir menuruni bukit yang memerah dan panas. Seiring dengan hadirnya ketenangan dalam hati, mencairkan kebekuan yang menimbulkan kemendungan pada langit parasku. Aku merasa damai berada disekitar orang-orang itu. Dari mulut mereka tak henti terdengar kemerduan ayat-ayat cinta yang sebenarnya.

Disitulah tempat yang memberikan ketenangan kepadaku tatkala merasa tidak tenang dan galau. Itulah tempat yang kutuju, sebuah bangunan yang dibangun dengan cinta kasih semata hanya karena Rabb. Itulah Rumah Allah.


  

*(foto koleksi pribadi: Masjid Agung Semarang)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar